Terapi Okupasi: Siap Kerja di Mana Aja (Bagian 1)


Halo halo, kali ini saya akan membahas mengenai lahan kerja dari profesi terapis okupasi. For your information, lahan kerja dari terapis okupasi itu, banyak banget. Pada artikel ini dengan sangat bersyukur saya bagi menjadi 2 nih. Artikel ini akan bahas lahan praktik TO yang terbilang mainstream/didominasi sebagai lahan kerja, di mana aja tuh?
  1. Rumah Sakit (Umum, Swasta, Instansi; Perawatan Khusus (misalnya: RS Jiwa, Kanker, Stroke dan sebagainya) 
  2. Klinik  (Klinik anak, fisik (muskuloskeletal maupun neurologis) dan perawatan dewasa) 
  3. Sekolah (Sekolah Inklusif; Sekolah Luar Biasa (SLB))
  4. Panti Sosial/Yayasan (Klinik Yayasan; Panti Kesehatan Jiwa, Panti Lansia dan Panti Rehabilitasi Sosial)
  5. Balai Latihan Kerja (BLK) Disabilitas 
  6. Bekerja panggilan / Freelance / Part-time
  7. Instansi Pendidikan Tinggi/Universitas

Rumah Sakit

Melatih Activity Daily Living (ADL)
Lahan kerja terapis okupasi didominasi di lingkungan rumah sakit. Bayangkan saja, di Indonesia terdata sebanyak 2.820 rumah sakit (semua kriteria), kurang lebihnya baru 45% (data perkiraan penulis) rumah sakit terdapat pelayanan terapi okupasi. Sebaran terapis okupasi rumah sakit banyak terkonsentrasi di Pulau Jawa dan kota besar di seluruh Indonesia, tersebar di berbagai rumah sakit umum, swasta, maupun perawatan khusus, dengan catatan di faskes II (RS tingkat Kota/Kab) dan Lanjut (RS tingkat Provinsi/Spesialis. 


Melatih Kognitif pada Lanjut Usia
Pelayanan di rumah sakit berupa instalasi tumbuh kembang anak dan rehabilitasi medik, dengan tipe layanan terbagi menjadi pasien BPJS dan pasien umum. Pada kebanyakan rumah sakit, sebaran jumlah terapisnya tidak merata dan secara jumlah didapati pula adanya tidak sebanding dengan pasien yang ditangani. Bayangkan saja, di rumah sakit suatu daerah hanya terdapat satu terapis okupasi dan bisa menangani 10 – 15 pasien per harinya. Bagaimana? Tertarik? Peluang yang bagus bukan?







Klinik

Sensory Integration
Klinik merupakan lahan kerja terapis okupasi terbanyak kedua setelah rumah sakit. Seperti penjelasan saya di atas, layanan di klinik kebanyakan bergerak di pelayanan anak berkebutuhan khusus (ABK), masalah fisik, maupun perawatan dewasa. Usaha pelayanan klinik ini terbilang cukup membantu dalam pemerataan layanan terapi okupasi yang lebih mendekatkan diri kepada pasien, terutama di wilayah yang kurang terjangkau rumah sakit terdekat. 


Melatih Penyintas Stroke
Lahan klinik biasanya memiliki layanan kreatif dan inovatif demi menunjang pelayanan dan kepuasan klien. Seperti misalnya home care (perawatan rumah), workshop, dan lainnya, biasanya menjadi program tetap dari setiap klinik. Selain itu, terkadang di suatu klinik tidak hanya terdapat terapi okupasi saja, adapula layanan fisioterapi, psikoterapi, terapi wicara dan dokter anak. Jadi, pelayanan di klinik tidak hanya sebatas satu layanan saja dan semacam mengadopsi sistem layanan di rumah sakit. Complete!

Sekolah

Berikutnya adalah lahan kerja sekolah, yang mana di Indonesia terdapat di sekolah inklusif (Preschool, SD, SMP, SMA) dan Sekolah Luar Biasa (SLB). Pelayanan OT di sekolah, biasanya identik dengan layanan pada klinik anak. Tetapi, perbedaan yang tampak adalah bila layanan OT di sekolah adalah output programnya mengarah kepada kemampuan anak ABK di okupasi pre-akademik maupun akademik.
Melatih Visual Persepsi
Pada school-setting ini, seorang OTs banyak bekerja kolaboratif dengan guru kelas, guru pembimbing khusus / shadow teacher dan orang tua. Gambaran di sekolah inklusif anak ABK dilibatkan langsung dengan pelajar sekolah, dengan diadvokasi oleh guru pembimbing khusus dalam pembelajaran dan berinteraksi di sekolah. Bila gambaran di Sekolah Luar Biasa (SLB), lingkungan sekolah cenderung dipenuhi oleh ABK dengan berbagai macam kondisi dengan terapis berkolaborasi bersama guru pendidikan luar biasa (PLB), psikolog dan orang tua. Great!

Panti Sosial / Yayasan

Bermain dengan Anak Asuh
Layanan terapi okupasi pada panti sosial/yayasan bergerak pada tindakan rehabilitatif untuk meningkatkan kualitas hidup, derajat kesehatan dan produktivitas dari penghuni panti. Lahan kerja ini sebetulnya cukup jarang menjadi tempat mengabdi terapis, tetapi sebetulnya ada dan bisa. Gambaran layanan di sini menitikberatkan pada peningkatan kemampuan fungsional sehari-hari penghuni, diarahkan kepada aktivitas vokasional, pemenuhan hobi dan kegiatan berkelompok, misalnya berkebun, pengajian dan lainnya.

Biasanya di suatu panti OTs juga bekerja sama dengan profesi pekerja sosial (peksos), psikolog juga profesi lainnya bersama memanajemen masyarakat dan kehidupan panti/yayasan. Tak jarang di suatu yayasan/panti juga ada klinik yang dibuka untuk memberikan layanan kepada masyarakat umum dan penghuni panti.

Balai Latihan Kerja (BLK) / Disabilitas

Melatih Kemampuan Vokasional
Balai Latihan Kerja (BLK) yang dikhususkan pada disabilitas menjadi lahan kerja pula dari terapis okupasi, dimana terapis disini memiliki peranan dalam memberikan analisis aktivitas mempersiapkan kemampuan pre-vokasional dan vokasional dari klien. Biasanya di balai pelatihan kebanyakan klien remaja berkebutuhan khusus dan difabel daksa yang mendapatkan pelatihan, dan disebut juga Penerima Manfaat (PM). Gambaran di balai latihan kerja ini adapula yang terfasilitasi dengan cukup lengkap dan dapat digunakan gratis karena pengelolaannya dipegang oleh dinas sosial atau dinas ketenagakerjaan. 

Sistem tata kelola penerima manfaat ini diberikan kepada PM dengan memberikan berbagai pilihan pelatihan, pula layanan asrama dan pemenuhan hobi dan keahlian tertentu dari PM. Namun, pelatihan ini sifatnya temporal/berjangka waktu tertentu Biasanya di BLK ini, OTs juga bekerja sama dengan profesi pekerja sosial (peksos), psikolog juga profesi lainnya bersama memanajemen PM untuk latihan vokasional dan mengembangkan dirinya dalam produktivitas berkelanjutan dan berorientasi untuk mendapatkan keahlian, bahkan pendapatan. Wah!

Bekerja Lepas / Freelance / Part-time

Home Visit Terapi Okupasi
Menjadi seorang OTs freelancer yang mana mengabdi sebagai pekerja lepas yang tidak terikat kontrak dengan suatu instansi, cenderung bebas dalam menentukan jam kerjanya. Kebanyakan sebagai seorang freelancer, OTs menerima panggilan dari klien yang memerlukan jasa terapi okupasi (home visit) dan bekerja secara part-time dari klinik satu ke lainnya. Selain menjadi lahan kerja yang anti mainstream, dalam menjadi freelancer biasannya menjadi pilihan dengan kamu selingi menjadi researcher maupun persiapan pendidikan ke luar negeri.

Instansi Pendidikan Tinggi/Universitas

Pengajar Terapi Okupasi Memberikan Pembelajaran
Kebutuhan untuk menjadi pengajar di pendidikan terapi okupasi saat ini hingga beberapa tahun ke depan masih sangat dibutuhkan. Mengapa? Begini, instansi pendidikan hanya ada di 2 tempat, Surakarta dan Depok, Jawa Barat. Sepengetahuan saya, total pengajar pendidikan TO hanya sebanyak 20-35 orang. Banyak lulusan cenderung memilih bekerja sebagai terapis. Mengedukasi mahasiswa pada kesempatan praktik klinik sebagai pembimbing lapangan. Lantas, lahan akademik siapa yang akan 'memakmurkan? Bagaimana kalau anda, calon sarjana yang bercita-cita mendapat master maupun doktor disiplin ilmu terapi okupasi? Let's make your decision! Oiya, lalu selain menjadi seorang dosen, pengajar dan instruktur praktik / laboratorium di kampus, apa lagi hayo?

Well, jangan lupa lanjut ke Bagian 2 ya! Bagian 1 ini kurang lebihnya adalah lahan kerja dari terapi okupasi yang banyak menjadi potensi lahan kerja favorit dari calon OTs maupun terapis okupasi.

Di artikel selanjutnya akan berisi lahan kerja OT yang anti-mainstream dan sudah berlaku di luar negeri, tapi akan berlaku di Indonesia. Semoga ya! Sama-sama berjuang dan selalu mengasah kompetensi.

See you in Bagian 2. Ciao!

Referensi : 

https://www.persi.or.id/images/2017/litbang/rsindonesia418.pdf 

Sumber foto :
  • www.google.co.id 
  • https://www.reviewjournal.com/wpcontent/uploads/2016/04/web1_copy_therapyprogram-04-06-16_040116rc_006-1-_0.jpg 
  • https://content.presspage.com/uploads/1559/1920_galvin-tan-occupational-therapist-sach-engaging-a-patient-in-a-cognitive-stimulating-task.jpg?10000 
  • https://www.jmu.edu/_images/stories/occupational-therapy-clinic-655x393.jpg 
  • https://www.ot.wustl.edu/mm/images/New%20Image%20Headers/philip-lab.jpg 
  • https://www.masmedicalstaffing.com/wp-content/uploads/2017/04/occupational-therapy-specialties-school-systems.jpg 
  • https://blogger.googleusercontent.com/img/proxy/AVvXsEjIqNItoAmXy46i6GCuKWgZk5pS6gHKENzkCRQV-iDWaPrsjk-GaWj7XVfQW1JaJJDyskD5hzV5hwz9Q7hcpwjsgRwfXKdvtvKl5iwq9wKMHHOL8CXi3BSDqCxqMeHpweUvwlzvHBakht9iMo-Cvl4e4fUHoVw868LqU3-Awq4x8K-J93ItYa2rs9PmUANMYj3_3wqE= 
  • https://www.behalanabaproyas.com/wp-content/uploads/2018/01/DSC_5472-1024x678.jpg 
  • https://formations.epe-idf.com/wp-content/uploads/2018/10/VISITE-A-DOMICILE.jpg 
  • https://steinhardt.nyu.edu/sites/default/files/styles/page_hero/public/2019-07/ot_about.jpg?h=c3635fa2&itok=fP5k_wAu 









Komentar

Popular

Terapi Okupasi: Siap Kerja di Mana Aja (Bagian 2)

Mengenal Occupational Injustice

Urgensi Membangun Diskusi Mahasiswa di Masa Kini